SHUTTERSTOCK
KOMPAS.com - Pencarian alien bisa dilakukan dengan mendeteksi cahaya artifisial di semesta. Hal itu diungkapkan Abraham Loeb dari Harvard University dan Edwin Turner dari Princeton University. Menurut dua profesor tersebut, cahaya artifisial menandakan adanya peradaban alien dan "kota-kota" tempat mereka tinggal.
"Menurut kami, kita bisa mengandalkan riset-riset yang sudah dilakukan peneliti saat ini. Tidak ada sumber daya tambahan. Prinsip saya, semua kita bisa melakukannya, mengapa tidak melakukannya dan memeriksa? Mengapa memasang penutup mata pada diri kita sendiri," kata Loeb seperti dikutipDaily Mail, Rabu (2/11/2011).
Loeb mengatakan, deteksi cahaya artifisial berprinsip pada teori bahwa kecerlangan suatu benda bergantung pada jarak antara benda itu dengan yang melihatnya. Hubungan antara kedua faktor tersebut bergantung pada apakah kecerlangan benda tersebut berasal dari benda itu sendiri atau pantulan dari cahaya benda lain seperti bintang.
Menurut Loeb, mengamati perubahan intensitas icahaya dari objek di Sabuk Kuiper (wilayah tata surya di orbit Neptunus tempat benda langit seperi planet kerdil berada) bisa memberikan petunjuk apakah alien ada di sana dan membuat cahaya artifisial. Diketahui, salah satu spot yang mungkin dihuni alien adalah di Sabuk Kuiper.
"Kami beranggapan bahwa teleskop yang kita miliki saat ini bisa mendeteksi cahaya yang berasal dari wilayah yang cukup terang, kurang lebih (cahaya) yang dihasilkan oleh wilayah seukuran kota di Bumi," jelas Loeb.
Kedua profesor ini mengatakan, mungkin skenario yang diungkapkan kurang populer dan tak disetujui. Namun, menurut mereka, alien atau extraterestrial intelligent yang ada di Sabuk Kuiper berasal dari bintang lain.
Teleskop generasi mendatang, seperti James Webb Space Telescope, menurut Loeb bisa melakukan survei yang dimaksud.
"Menurut kami, kita bisa mengandalkan riset-riset yang sudah dilakukan peneliti saat ini. Tidak ada sumber daya tambahan. Prinsip saya, semua kita bisa melakukannya, mengapa tidak melakukannya dan memeriksa? Mengapa memasang penutup mata pada diri kita sendiri," kata Loeb seperti dikutipDaily Mail, Rabu (2/11/2011).
Loeb mengatakan, deteksi cahaya artifisial berprinsip pada teori bahwa kecerlangan suatu benda bergantung pada jarak antara benda itu dengan yang melihatnya. Hubungan antara kedua faktor tersebut bergantung pada apakah kecerlangan benda tersebut berasal dari benda itu sendiri atau pantulan dari cahaya benda lain seperti bintang.
Menurut Loeb, mengamati perubahan intensitas icahaya dari objek di Sabuk Kuiper (wilayah tata surya di orbit Neptunus tempat benda langit seperi planet kerdil berada) bisa memberikan petunjuk apakah alien ada di sana dan membuat cahaya artifisial. Diketahui, salah satu spot yang mungkin dihuni alien adalah di Sabuk Kuiper.
"Kami beranggapan bahwa teleskop yang kita miliki saat ini bisa mendeteksi cahaya yang berasal dari wilayah yang cukup terang, kurang lebih (cahaya) yang dihasilkan oleh wilayah seukuran kota di Bumi," jelas Loeb.
Kedua profesor ini mengatakan, mungkin skenario yang diungkapkan kurang populer dan tak disetujui. Namun, menurut mereka, alien atau extraterestrial intelligent yang ada di Sabuk Kuiper berasal dari bintang lain.
Teleskop generasi mendatang, seperti James Webb Space Telescope, menurut Loeb bisa melakukan survei yang dimaksud.
sumber : kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar